Underbone adalah jenis sepeda motor yang populer di Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Motor ini memiliki desain yang unik, menggabungkan fitur sepeda motor bebek (cub) dengan performa yang lebih bertenaga. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang apa itu underbone, sejarah perkembangannya, karakteristik, kelebihan, kekurangan, serta perbandingannya dengan jenis motor lain.

Pengertian Underbone
Underbone adalah sepeda motor dengan rangka (frame) berbentuk tulang (bone) yang terletak di bagian bawah mesin. Berbeda dengan motor bebek yang memiliki rangka tertutup, underbone memiliki rangka terbuka yang memudahkan perawatan dan modifikasi. Mesinnya biasanya berkapasitas 110cc hingga 150cc, dengan konfigurasi mesin 4-tak yang efisien.
Ciri khas underbone adalah:
- Rangka tubular yang ringan dan kokoh.
- Suspensi belakang monoshock untuk kenyamanan berkendara.
- Ban kecil (biasanya 14-17 inci) yang membuatnya lincah di jalanan perkotaan.
- Desain sporty dengan posisi berkendara yang lebih agresif dibanding motor bebek.
Sejarah dan Perkembangan Underbone
Underbone pertama kali dikembangkan di Jepang pada tahun 1950-an oleh Honda dengan model Honda Super Cub. Namun, konsep underbone modern mulai populer pada 1980-an ketika produsen motor seperti Yamaha dan Suzuki mengembangkan varian yang lebih sporty, seperti Yamaha Exciter dan Suzuki Raider.
Di Indonesia, underbone menjadi sangat populer pada tahun 2000-an dengan kehadiran Honda MegaPro, Yamaha Scorpio, dan Kawasaki Blitz. Motor ini menjadi favorit karena irit bahan bakar, mudah dimodifikasi, dan cocok untuk harian maupun balap.
Karakteristik Underbone
1. Desain dan Konstruksi
Underbone memiliki rangka tubular yang membuatnya ringan (berat sekitar 100-120 kg) namun tetap stabil di kecepatan tinggi. Beberapa model underbone modern menggunakan teknologi DeltaBox Frame (seperti pada Yamaha NMax) untuk meningkatkan kekakuan dan handling.
2. Mesin dan Performa
Mesin underbone umumnya berkapasitas 110cc-150cc dengan teknologi:
- 4-tak SOHC/DOHC untuk efisiensi bahan bakar.
- Pendingin udara atau cairan tergantung model.
- Tenaga maksimal 10-15 HP dengan torsi yang responsif.
Contoh mesin underbone terkenal:
- Honda Sonic 150R (150cc, DOHC, 16 HP).
- Yamaha Exciter 150 (150cc, SOHC, 15 HP).
3. Suspensi dan Sistem Pengereman
- Depan: Teleskopik.
- Belakang: Monoshock atau twin shock.
- Rem: Cakram depan (biasanya) dan tromol belakang, meski beberapa model sudah menggunakan rem cakram ganda.
Kelebihan Underbone
-
Irit Bahan Bakar
Konsumsi BBM underbone rata-rata 40-50 km/liter, lebih irit dibanding motor sport atau matic. -
Lincah dan Mudah Dikendarai
Ukurannya yang kompak cocok untuk jalanan macet.
-
Biaya Perawatan Murah
Suku cadang mudah didapat dan harganya terjangkau. -
Potensi Modifikasi Tinggi
Banyak aftermarket parts tersedia, mulai dari exhaust, ECU, hingga body kit.
Kekurangan Underbone
-
Kapasitas Bahan Bakar Kecil
Tangki underbone biasanya hanya 4-5 liter, kurang cocok untuk touring jauh. -
Kurang Nyaman untuk Jarak Jauh
Posisi berkendara agak membungkuk bisa membuat pegal. -
Ground Clearance Rendah
Rentan menyentuh jalan bergelombang.
Perbandingan Underbone dengan Motor Bebek dan Sport
Aspek | Underbone | Motor Bebek | Motor Sport |
---|---|---|---|
Rangka | Tubular terbuka | Tertutup | Twin-spar frame |
Mesin | 110cc-150cc | 100cc-125cc | 150cc-250cc+ |
Posisi Berkendara | Semi-sporty | Tegak | Full sporty |
Konsumsi BBM | 40-50 km/liter | 50-60 km/liter | 30-40 km/liter |
Harga | Rp 15-25 juta | Rp 12-20 juta | Rp 25-50 juta+ |
Underbone di Pasar Indonesia
Beberapa model underbone terpopuler di Indonesia:
- Yamaha Exciter 155 – Mesin 155cc, VVA, harga ~Rp 27 juta.
- Honda RS150R – DOHC 150cc, harga ~Rp 25 juta.
- Suzuki Satria F150 – Mesin 150cc, harga ~Rp 22 juta.
Underbone terus berkembang dengan teknologi baru seperti fuel injection, ABS, dan quickshifter (contoh: Yamaha R15 yang menggunakan platform underbone).
Demikian penjelasan lengkap tentang underbone. Motor ini tetap menjadi pilihan utama bagi yang mengutamakan keseimbangan antara performa, efisiensi, dan harga.
